Posted by : Unknown
Rabu, 17 Juli 2013
MOTHER'S DAY [SUBTITLE INDONESIA]
Review:
Jangan
tertipu dengan judul film yang
sangat bernuansa film-film keluarga a la Walt Disney! Merupakan versi
teranyar sutradara Darren Lynn Bousman (SAW
V (2005), Repo! The Genetic Opera (2008)) atas film thriller klasik
berjudul sama karya sutradara Charles Kaufman yang sempat populer
ketika dirilis pada tahun 1980, Mother’s Day menawarkan cukup banyak
adegan berdarah yang akan mampu memuaskan para penggemar film-film
bergenre ini.
Berbeda dengan film-film bertema sama
dengan jalan cerita yang cenderung
monoton, Bousman mampu mengintegrasikan setiap adegan bernuansa gore di
dalam Mother’s Day ke dalam cerita utama sehingga membuat kehadiran
deretan adegan tersebut justru menjadi elemen penting di dalam film dan
tak hanya sekedar menjadi sebuah ajang pameran deretan adegan bernuansa
sadisme bagi para penontonnya.
Walau merupakan sebuah
remake, Mother’s Day karya Bousman adalah sebuah
karya yang sama sekali berbeda jika dibandingkan dengan karya Kaufman
yang kontroversial tersebut. Bousman sepertinya hanya mengambil jiwa
dari Mother’s Day karya Kaufman untuk kemudian mengubahnya menjadi
sebuah thriller yang sesuai dengan masa penceritaan modern. Jangan
salah!
Walau Bousman menghilangkan hampir keseluruhan
adegan yang bernuansa
kontroversial dari naskah asli Mother’s Day karya Kaufman di dalam
filmnya, Bousman masih sanggup memberikan rasa horor tersendiri dalam
naskah yang dikerjakan oleh Scott Milam ini. Bousman juga menyelipkan
beberapa reka adegan dan dialog dari Mother’s Day milik Kaufman ke dalam
filmnya yang, tentu saja, ditujukan sebagai penghormatannya terhadap
thriller klasik Kaufman tersebut.
Mother’s Day
menceritakan mengenai tiga kawanan perampok bersaudara, Ike
(Patrick Flueger), Addley (Warren Kole) dan Johnny Koffin (Matt
O’Leary), yang setelah sebuah perampokan bank yang berlangsung gagal,
dan menyebabkan Johnny terkena luka tempak yang parah, berniat pulang ke
rumah ibu mereka.
Tak disangka, sesampainya mereka ke
rumah, mereka mengetahui bahwa rumah
tersebut tidak lagi dimiliki sang ibu. Mereka pun menahan pasangan
pemilik rumah tersebut, Beth (Jaime King) dan Daniel Sohapi (Frank
Grillo). Bersama keduanya, masih ada beberapa teman Beth dan Daniel yang
saat itu sedang berkumpul untuk merayakan ulang tahun Daniel.
Tidak
berapa lama, ibu ketiga perampok tersebut (Rebecca De Mornay)
akhirnya datang bersama adik mereka, Lydia (Deborah Ann Woll). Bukannya
memperbaiki suasana, ibu ketiga perampok tersebut ternyata merupakan
seorang orangtua tunggal yang menanamkan prinsip pemikiran yang salah
terhadap anak-anaknya.
Kedatangan sang ibu sendiri ke
rumah tersebut ternyata memiliki maksud
dan tujuan lain. Ia ingin mencari uang yang selama ini dikirimkan
anak-anaknya kepada dirinya. Beth dan Daniel menyangkal tuduhan sang ibu
bahwa mereka menyimpan uang tersebut. Namun, tentu saja, sang ibu tidak
akan menyerah begitu saja.
Bersama keempat anaknya, ia
menawan Beth, Daniel dan teman-temannya dan
mengancam akan menghabisi mereka satu persatu jika ia tidak memperoleh
uang tersebut segera.
Mother’s Day karya Bousman adalah
sebuah petualangan horor yang sama
sekali berbeda jika dibandingkan dengan karya klasik Kaufman… dalam
artian yang jauh lebih baik. Berbeda dengan karya Kaufman, Mother’s Day
karya Bousman memiliki karakterisasi yang lebih mendalam terhadap para
karakter yang dihadirkan di sepanjang penceritaan film ini.
Karakter-karakter
ini memiliki permasalahan tersendiri, yang ketika
cerita semakin berjalan, akan memicu beberapa sub plot cerita tambahan
yang menjadikan Mother’s Day karya Bousman menjadi sedikit lebih
kompleks jika dibandingkan dengan karya Kaufman. Dan untungnya, Bousman
mampu mengeksekusi tiap permasalahan dengan cukup baik. Intensitas
ketegangan cerita terbangun dengan baik, dengan beberapa adegan
diantaranya, akan mampu membuat setiap penontonnya tertegun dan menahan
nafas mereka.
Keunggulan lain dari film ini adalah
jajaran pemerannya yang sangat
kuat. Tidak diragukan, Bousman memerlukan seorang aktris yang handal
untuk memerankan karakter sang ibu, karakter antagonis utama yang
memegang penuh kendali jalan cerita di sepanjang film ini. Dan Bousman,
lagi-lagi, melakukan pilihan yang cerdas dengan menempatkan aktris
Rebecca De Mornay untuk memerankan karakter tersebut.
De
Mornay memiliki tatapan mata dan bahasa tubuh yang begitu dingin
sehingga walau tanpa satu dialog pun, kehadirannya telah cukup mampu
untuk memberikan nuansa horor tersendiri bagi karakter-karakter lainnya.
Kehadiran De Mornay juga mampu diimbangi dengan akting sempurna dari
aktris Jaime King. Peran King sebagai Beth, seorang tokoh protagonis,
pada awalnya harus banyak berbagi dengan karakter protagonis lainnya.
Walau begitu, seiring dengan berjalannya cerita film, karakter Bethy
semakin mendapatkan porsi cerita yang besar.
Bersamaan
dengan hal itu, King mampu menampilkan permainan akting
terbaiknya. Terlihat rapuh pada awalnya, King kemudian mampu membentuk
Beth sebagai karakter yang kuat dan melawan semua teror yang ia hadapi.
De Mornay dan King memang tampil paling optimal, namun Mother’s Day
memiliki pengisi departemen akting yang kuat sehingga tak satupun
pemerannya terlihat tampil bodoh dan hanya digunakan sebagai korban atas
sebuah adegan gore belaka.
Kata remake mungkin adalah
sebuah kata yang cukup membuat banyak orang
menahan nafas mereka akibat sedikitnya film-film remake yang mampu
memiliki kualitas jauh di atas film aslinya. Untungnya, Mother’s Day
karya Darren Lynn Bousman ini adalah salah satu dari segelintir film
remake berkualitas tersebut. Dengan arahan naskah karya Scott Milam,
Bousman menjauhkan Mother’s Day dari imej sebagai sebuah exploitation
film yang telah diciptakan oleh film aslinya.
Memberikan
fokus lebih besar pada pengembangan karakterisasi dan naskah
ceritanya, Bousman menjadikan Mother’s Day lebih sebagai sebuah teror
psikologis dengan beberapa momen gore berhasil dimanfaatkan Bousman
sebagai bagian penting dari elemen penceritaan filmnya. Mother’s Day
juga berhasil tampil berbeda dengan menghadirkan deretan pemeran yang
mampu tampil menghidupkan karakter mereka dengan baik dan tak sekedar
hadir sebagai korban belaka.
Bousman memang dikenal
sebagai sutradara Repo! The Genetic Opera dan
beberapa seri SAW
yang berantakan. Namun dengan Mother’s Day, Bousman sepertinya dapat
membuktikan bahwa dirinya adalah seorang sutradara horor yang layak
untuk diperhatikan.